Selasa, 18 Januari 2011

ASAL-USUL KUMANDANG ADZAN

ASAL-USUL KUMANDANG ADZAN

Kamis, 28 Muharram 1423/ 11 April 2002

(Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari)

Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya

semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk

menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat

dmusnahkan.

Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.

Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran

agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada

dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.

Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa

berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi

mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan

yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian

pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya.

Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa

dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat

yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orangorang

biasanya berkumpul dimasjid masing -masing menurut waktu dan kesempatan yang

dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah dimulai.

Created by: Syihab

Page 12 of 38

Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara

yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk

sholat tepat pada waktunya tiba.

Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu

sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa

dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang

walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng.

Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang

timbul.

Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang

setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah

cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat

yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka

disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.

Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil

kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa

diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi

persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid

r.a meriwayatkan sbb :

"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam

tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku

dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu.

Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.

Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan

lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat." Orang itu berkata

lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?" Dan aku menjawab " Ya !"

Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , " Allahu Akbar,Allahu

Akbar.."

Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu

kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping

Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan

seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama

Bilal."

Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah

SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.

Tulisan diambil dari Al-Islam Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Created by : Muhammad Mas’ud IFTC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar