Selasa, 30 November 2010

Awas, Dosa Kolektif!

Suatu ketika dalam acara walimahan sepasang mempelai dari negeri antah barantah,terjadilah sebuah peristiwa yang menggemparkan. Bagaimana kisahnya? langsung saja ke Te Ka Pe... (Gaya OVJ)

Beberapa jam setelah walimah usai.
Istri : "Wah, Mas.. Tetangga kita ini baik-baik ya!"
Suami : "Kenapa memangnya..?"
Istri : "Tuh, lihat aja.. banyak banget amplop yang kita dapatkan. Semoga aja bisa menutupi pengeluaran walimah kita yang membengkak."
Suami : "Oh... kirain apa."

Beberapa menit setelah itu, tibalah orang tua sang istri yang denganpikiran yang sama dengan sang anak. Mulailah pekerjaan selanjutnya... MEMBUKA AMPLOP..
Suami : "Saya bagian catat ya..."
Istri : "Saya dan Ibu yang membuka amplop ya.. gak sabar nih...hehe"
Suami :"Oke.."
Istri : "Amplop pertama... (Deg-degan, lalu disobek dan........), Daan........................ KOSONG! Hah, bener kosong nih." (Membolak balik isi amplop takut ada yang terselip),
Suami : "Ya udah, coba amplop kedua, siapa tau satu juta langsung. hehe"
Istri : "Belum baca bismillah mungkin. Bismillahirrahmaanirrahim, Amplop kedua....... (perasaan tak menentu), Hah.. hanya tumpukan kertas kosong!"

Dan, berjam-jam lamanya mereka membuka amplop. dari ratusan amplop, hanya ada 20 amplop yang berisi, itupun tak seberapa. ratusan amplop lainnya tak ada isinya sama sekali. Merekapun hanya menghela nafas dan kompak berkata. "Hufh... cape-cape buka amplop, banyaknya kosong!"

Sahabat, pernahkah hal diatas terjadi? Mengapa bisa terjadi? Ternyata, banyak penduduk dan tamu undangan yang berpikiran yang sama dalam benaknya. "Bulan ini banyak banget anggaran untuk menghadiri acara nikahan, kalau saya ngasih amplop kali ini yang kosong, dari ratusan tamu, pasti ga akan ketahuan". Ternyata yang berpikir seperti ini hampir semua orang yang datang hari itu. Nah, tanpa disadari inisiatif sekaligus dosa kolektif ini sering terjadi dalam kehidupan kita. Bahkan dalam kejadian yang lain, tidak jarang saat sedang mengendarai mobil lalu tiba-tiba ada orang yang terjatuh dari motor, banyak orang yang melihat sekadar ingin tahu, namun hanya sedikit yang mau membantu. Rasanya, keegoisan sudah membuat mata hati dan sensitifitas tolong menolong mulai berkurang.

Semua yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Hingga kadang perasaan orang lain diabaikan. Rasa peduli dan hormat sudah semakin menjauh. Bahkan tidak jarang, seorang ibu zaman ini lebih bangga melihat anak wanitanya diajak malam mingguan oleh sang pacar, pikirnya, "Wah, anak saya akhirnya laku juga".

Di zaman inipun, bangsa kitai mudah tersulut emosi. Hanya gara-gara hal sepele, dari mulai tawuran antar pelajar, antar mahasiswa hingga perang antar kampung sulit dikendalikan. Saat ditanya alasan mengapa mereka saling bertikai, "Tak ada alasan yang jelas".

Bahasa persatuan, kini berubah menjadi pertikaian
Kekayaan menjadi tolak ukur keberhasilan, walau entah dari mana didapatkan
Saat ada orang yang lebih unggul, sama-sama mencari celah untuk menjatuhkan
Masih adakah setitik nurani? sesegar semangat ? seindah kerjasama?

Bukankan pelangi indah karena harmonisasi warna?
Bukankah Allah ciptakan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku?

Sahabatku, mari bersama kita utamakan prasangka baik
jangan mudah terhasud oleh informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan
Mari asah nurani tuk memahami
tanamkan kepercayaan tuk tumbuhkan kepekaan
Karena perbedaan itu indah
seindah prasangka, selembut nurani, sekuat manfaat..

Sahabatmu,
Setia Furqon Kholid
http://www.facebook.com/l/65537Fiy6Lr9fRBgd4ijNmVs4WA;www.setiatraining.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar